Catatan Mahasiswa

  • 0
Bismillahirrohmanirohim
Mungkin ini pertama kalinya aku membuat catatan tentang kampusku. Entahlah, aku baru merasa bangga bisa bersekolah di sini saat aku hampir menginjak semester 7. Terkejut ? iya. Aku juga, menjadi murid di sini bisa dibilang bukan keinginanku. Tapi sudahlah itu masa lalu. Aku tlah menyimpannya di kotak pandora yang kelak kan ku ceritakan ke anak cucuku, tentang kampusku ini.
Microteching 1, mungkin mata kuliah yang menjadi mimpi buruk atau bahakan mimpi terindah bagi sebagian mahasiswa, ya.. beberapa dari kami harus mengulang..ulang PM 1 agar bisa ujian.

Setiap minggu menjadi minggu yang melelahkan, bayangkan kami harus praktek mengajar setiap minggu dengan dosen yang berbeda dan karakter yang berbeda. Melelahkan ? iya , itu sangat meleahkan, bahkan mungkin diantara kami harus menahan air mata, kecewa, dan sebagainya. Setiap minggu selama beberapa bulan kami belajar dibawah tekanan. Dengan tugas kuliah yang tak sedikit dan tuntutan praktek yang tak sedikit pula di tambah kegiatan luar kami yang menguras tenaga. aku mungkin salah satu mahasiswa yang merasakan dampak yang luar biasa, karena kegiatan kuliah, praktek, dan kerja. Aku sering pulang jam tujuh atau jam delapan malam. Aku berusaha sebisaku membagi antara kuliah dan kerja. Hingga terkadang saat rasa lelah hinggap dan aku tak tahu bagaimana mengatasinya, aku menangis di tengah malam, sekedar ingin melepas rasa sesak, lelah dan kecewa di dada. Namun bukan aku sendiri yang merasa itu, kami atau bahkan mereka para dosen juga merasakan hal yang sama. Di semester ini aku baru mersakan kebanggan menjadi mahasiswa IAIN Palangkaraya. Mengapa ? aku baru sadar akan tulusnya dosen-dosenku. Aku mengatakan hal ini bukan tanpa alasan. Aku merasa berdosa kepada mereka, mungkin tak terhitung dosaku kepada mereka, atau bahkan karena satu dan lain hal kami para mahasiswa kadang merasa kesal atau tak suka kepada mereka. Aku rasa mereka tau apa yang kami lakukan , mengejek mereka atau lain hal, tapi mereka berusaha tutup telinga dan menutup mata tentang hal negatif yang di sematkan pada diri mereka. Mereka tetap mengajarkan ilmu dengan rasa tanggung jawab. Membimbing para mahasiswa. Bahkan sebagian rela mendahulukan pekerjaannya ketimbang urusan pribadi mereka. Ya disaat diluar sana banyak pengajar gila akan uang, tmeminta bayaran yang selangit untuk sebuah modul dan sebagainya,. Tapi tidak bagi dosen kami. Beberapa dari mereka rela mengcopy buku tebal sebanyak jumlah mahasiswa di kelas dengan bayaran yang sangat jauh di bawah harga copyan itu sendiri, atau ketika dosen di luar sana sangat sibuk dengan urusan pribadi, dosen kami rela mengajari kami hingga kami benar-benar mengerti, mengajari kami dengan telaten, terstruktur, meskipin tak jarang beberapa dari kami mengeluh karena banyaknya jam dihabiskan untuk membahas suatu materi. Mereka hanya ingin mahasiswanya mengerti, mereka mersa bertanggung jawab terhadap ilmu yang mereka ajarkan, mereka hanya ingin kita berhasil di kehidpuan nyata kelak, mungkin banyak yang mereka korbankan, tak hanya waktu luang, bahakan mungkin hari libur untuk keluargapun tersita karena kita. Maafkan kami pak , bu. Kami tak sadar akan hal itu, maafkan kami yang selalu saja mengeluh, maafkan kami yang selalu berprasangka buruk, maafan segala prilaku kami. Mungkin catatan ini tak begitu sempurna, hanya ingin meminta maaf dan berterima kasih kepada ibu dan bapak. Terima kasih telah menjadi dosen kami.


20 juni 2015
Senja yang tak terlupakan



Pratika Ika Latifa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar